it's just simple blog

Ketidaktahuan kita..

| Rabu, 19 Januari 2011
Apakah kita tahu yang baik bagi kita?
Atau yang buruk bagi kita....
Sebaiknya kita tahu
Tuhan tahu yang baik bagi kita
Yang buruk bagi kita....
Tapi kita seringkali tak setuju dengan – Nya
Karena kita tidak mengetahui...
Hanya mengetahui apa yang ada di depan mata
Sedangkan Dia Maha Tahu atas segalanya....

Kalimongso, 17 Januari 2011
23:35

Pelayan Publik yang Baik

| Minggu, 16 Januari 2011

Cerminan ‘pelayan’ yang baik adalah yang bisa membuat majikan dan customer senang dan mendapatkan kepuasan. Seperti itu pula seharusnya pelayanan publik yang harus ada. Banyak pula cerita tentang buruknya public service di Republik ini, tetapi banyak juga pelayanan publik yang bagus dan patut mendapat apresiasi. Menurut hemat penulis, pelayanan publik bukan hanya dalam hal pengurusan surat-surat, dokumen, izin atau sejenisnya, tetapi juga dalam penyediaan ruang umum dan khusus, seperti taman kota, area smoking room, tempat pengaduan, dan lain-lain.
Dalam suatu kesempatan, seorang rekan penulis sedang mengurus perpanjangan sebuah surat di suatu instansi. Kesan pertama yang dia dapat adalah kerapian tempat parkir. Hal ini mungkin dianggap sepele bagi sebagian orang, tetapi manfaatnya sangat penting, salah satunya adalah akses keluar masuk yang mudah. Ada juga satuan pengamanan internal dan eksternal di area pintu masuk dan keluar. Di pintu masuk, banner-banner petunjuk tentang persyaratan dan tata cara pengurusan juga terpampang dengan jelas dan rapi, memudahkan orang untuk membacanya. Pengurusan surat tersebut juga lancar, cepat, dan profesional. Ini karena kita tahu harus kemana sesuai dengan petunjuk yang terpampang. Antri pun tidak terasa lama. Ketika kita kesulitan pun, ada petugas yang siap untuk membantu kita. Bagi pengantar juga disediakan tempat untuk menunggu, baik itu tempat duduk yang biasa, smoking area atau kantin untuk sekadar bercengkerama dengan para pengantar yang lain. Ini jauh berbeda, katanya, jika dibandingkan dengan beberapa tahun ke belakang. Di tempat tersebut, kesemrawutan terjadi, baik itu parkir, calo dimana-mana dan pelayanan yang tidak ‘bersahabat’ dan sama sekali tidak mencerminkan profesionalisme. Kemajuan ini tentunya buah kerja keras dan konsisten dari pihak-pihak yang terkait untuk mewujudkan good service.
Cerita di atas hanya salah satu contoh dari pelayanan publik yang berkualitas. Memang harus diakui bahwa tidak sedikit pelayanan publik yang amburadul, tidak profesional. Mungkin saja para pelayan masyarakat ini tidak tahu hakikat pelayanan publik itu sendiri. Pelayan harus tahu siapa ‘majikan’ mereka, yaitu publik/masyarakat itu sendiri. Majikan ini harus diperlakukan dengan hormat agar tidak menimbulkan kekecewaan dan berujung pada hilangnya kepercayaan terhadap para pelayan publik ini. Perlu adanya kesadaran, kemauan dari birokrasi terkait peningkatan kualitas pelayanan publik. Sebuah sistem prosedur pelayanan harus disusun dengan memperhatikan kualitas yang prima terkait pribadi pelayan itu sendiri (kompetensi, sikap mental), sarana penunjang (IT dan sejenisnya), dan faktor-faktor lain terkait agar dapat mewujudkan salah satu ciri good governance, yaitu public sevice yang baik.
Telah disinggung sebelumnya bahwa pelayanan publik tidak hanya dalam pengurusan surat, izin, dan dokumen tertentu, tetapi juga dalam penyediaan ruang publik bagi masyarakat, seperti taman kota yang tersedia di banyak tempat, car free day (seperti yang diberlakukan di beberapa kota besar), smoking area bagi para perokok agar tidak mengganggu orang lain yang bukan perokok, dan penyediakan sarana prasarana penunjang lainnya. Ini dilakukan dalam rangka menunjang kebutuhan masyarakat yang kompleks. Berbicara tentang hal ini tentu saja tidak lepas dari tanggung jawab pemerintah, baik itu pusat maupun pemda, dan para birokrat. Pihak-pihak inilah yang mempunyai kewajiban untuk menyediakan semua itu. Kebijakan-kebijakan terkait penyediaan dan pelayanan publik harus dibuat dengan perencanaan dan pelaksanaan yang baik dan konsisten.
Lalu, apa yang bisa dilakukan oleh kita sebagai pengguna/majikan atau apa lah istilahnya. Tentu saja kita tidak tinggal diam begitu saja. Kita dapat memberi masukan, ide perbaikan dan peningkatan kualitas pelayanan sebagai wujud tanggung jawab terhadap Republik kita yang tercinta agar tercipta sebuah kehidupan yang teratur dan menyenangkan. Ini bukan mimpi saat kita tidur, tetapi impian yang harus kita wujudkan saat kita terjaga. Teruslah berjalan ke arah yang baik para pelayan, buat Republik ini bangga dan kalian juga bangga pada Republik ini.

Unek-unek....

| Kamis, 13 Januari 2011
Tiap orang pasti punya unek-unek, permasalahan, kegundahan hati, atau apa lah orang menyebutnya. Pikiran kita selalu dipenuhi akan kesemuanya ini. Wajar saja, kita hidup tidak sendirian di dunia ini. Ada banyak hal yang selalu datang dalam kehidupan, datangnya pun kadang tidak perlu pake undangan layaknya orang mau menikah (pengin nikah – mode on...hehe).
Kebetulan ngomongin nikah nih...mau menikah pun disibukkan dengan banyak unek-unek, entah itu masalah foto pre-wedding, sewa gedung buat akad nikah dan resepsi, gaun pengantin, dan yang lebih penting..disibukkan dengan belum adanya siapa yang mau dinikahi...wkwkwk
Terus, kita musti ngapain kalau punya unek-unek?,,
Mayoritas pasti mengatakan..diungkapin aja,,biar hatinya tenang... Apakah semudah itu?. Unek-unek jenis tertentu tentunya tidak mudah diungkapkan begitu saja, dan bahkan mungkin unek-unek jenis lain yang lebih konservatif sebaiknya malah, lebih baik, tidak usah untuk diungkapkan. Punya tekad dan keberanian yang keras untuk itu. Seorang perempuan cantik yang saya kenal sejak kecil pernah bercerita bahwa dia punya unek-unek sama sahabatnya. Kayaknya tidak perlu diungkapkan lah disini apa persisnya unek-unek itu, yang jelas dia tidak tahu gimana mengungkapkannya sama sahabatnya itu. Di satu sisi, dia akan melukai perasaan sahabatnya itu, dan di sisi lain dia sendiri yang terluka seandainya unek-unek itu diungkapkan. Nah, dilema seperti kadang terjadi. Kita ada dalam posisi yang serba salah,, kanan salah, kiri salah, di tengah-tengah pun salah.
Jadi gimana dunkss.... Kita harus memikirkan dampak dari penyajian laporan keunekunekan ini, buat diri pribadi, orang di sekeliling, masyarakat luas, Republik-yang-punya-timnas-kaosnya-merah-ini, dan bagi dunia internasional lintas benua dan samudera. Diungkapkan atau tidaknya suatu unek-unek pada hakikatnya kembali pada esensi yang terkandung didalamnya.
,,setiap unek-unek, kegalauan hati yang diturunkan oleh Tuhan pasti ada solusinya...karena Dia lah Sang Penguasa Hati kita..
Tulisan ini juga dibuat karena unek-unek penulis yang tidak tersalurkan dengan baik. Saya, penulis pemilik unek-unek ini, berharap bisa menambah satu unek-unek lagi bagi kalian...

Pondok Betawi Bawah, 12 Januari 2011
21:32
Djarum yang setia menemani
ABC yang melegakan